Sekitar 2 minggu ini ada seorang wanita cantik yang akrab ku panggil Tante Susi bekerja sebagai Accounting Manager sekaligus atasan baruku,sebagai atasan baru beliau sering memanggilku ke ruang kerjanya untuk menjelaskan overbudget yang terjadi di bulan sebelumnya atau untuk menjelaskan laporan mingguan yang aku buat.Sebenarnya aku sendiri sudah termasuk staf senior,tapi mungkin karena pendidikanku yang di anggap tidak cukup mendukung akhirnya management memutuskan untuk merekrutnya,beliau berasal dari sebuah perusahaan konsultan keuangan,usianya sekitar 27 tahunan,sebagai atasanku sebelumnya aku memanggilnya “Bu”,walau sebenarnya usiaku sendiri hanya 2 tahun lebih tua darinya namun atas permintaanya sendiri seminggu yang lalu beliau mengatakan lebih suka jika di panggil “ Tante ” saja dan dari situ juga mulai terjalin hubungan kerja yang hangat dan tidak terlalu formal terutama karena sikapnya yang ramah,beliau sering langsung memanggil namaku namun bila sedang bersama rekan kerja lainnya dia memanggilku “Pak”.
Tanpa kusadari diam-diam aku merasa nyaman bila memandang wajahnya yang cantik dan lembut menawan,beliau memang menawan karena sepasang bola matanya sewaktu-waktu dapat bernar-binar atau menatap dengan tajam,tapi di balik itu semua ternyata ia suka mendikte. Mungkin karena telah menduduki jabatan yang cukup tinggi dalam usia yang relatif muda dan kepercayaannya cukup tinggi untuk menyuruh seseorang melaksanakan tugas yang diinginkannya.Tante Susi selalu berpakaian formal dan selalu mengenakan blus dan rok hitam yang agak menggantung sedikit di atas lutut,bila aku sedang di ruang kerjanya dengan diam-diam aku sering memandang lekukan pinggulnya ketika ia bangun dari duduknya mengambil file yang dada di rak folder di belakangnya,walau bagian bawah roknya lebar namun aku bisa melihat pinggul yang samar-samar tercetak di dalamnya,terlihat sangat menarik dan tidak besar tapi bentuknya jelas membongkah memaksa mata lelaki menerawang untuk menerka keindahannya.
loading...
Di dalam ruang kerjanya,tepat di samping meja kerjanya terdapat seperangkat sofa yang sering dipergunakannya menerima tamu-tamu perusahaan.Sebagai Accounting Manager tentu selalu ada pembicaraan-pembicaraan ‘privacy’ yang lebih nyaman bila di lakukan di ruang kerjanya daripada di ruang rapat.Aku merasa beruntung bila dipanggil Tante Susi untuk membahas cash flow keuangan di kursi sofa itu karena aku akan selalu duduk persis di depannya dan bila kami terlibat dalam pembicaraan yang cukup serius tante Susi sering tidak menyadari roknya yang agak tersingkap dan di situlah keberuntunganku karena aku bisa melirik sebagian paha yang berwarna gading,kadang-kadang lututnya agak sedikit terbuka sehingga aku berusaha untuk mengintip ujung pahanya tapi mataku selalu terlihat gelap.Bila saja roknya tersingkap lebih tinggi dan kedua lututnya lebih terbuka tentu bisa kupastikan apakah bulu-bulu halus yang tumbuh di lengannya itu juga tumbuh di sepanjang paha sampai ke pangkalnya.Bila kedua lututnya rapat kembali lirikanku berpindah ke betisnya.Betis yang indah dan bersih serta terawat.Ketika aku terlena menatap kakinya tiba-tiba aku dikejutkan oleh pertanyaannya,
Tante Susi :“Fajri...aku merasa kau sering melirik ke arah betisku.Apakah dugaanku salah?”.
aku terdiam sebentar sambil tersenyum untuk menyembunyikan jantungku yang terasa berdebar,
Tante Susi :“Fajri...salahkah dugaanku?”.
Fajri :“Hmm.., ya, benar Tan”.
Tante Susi :“Mengapa?”.
aku diam membisu karena merasa sangat berat menjawab pertanyaan sederhana dari tante Susi namun saat aku menatap wajahnya terlihat matanya berbinar menunggu jawaban dariku,
Fajri :“Saya suka kaki Tante,suka betis Tante,terlihat Indah. Dan..”.
Tante Susi :"Dan apa Fajri?".
aku kembali terdiam membuat tante Susi penasaran dan setelah menarik nafas panjang aku pun mengatakan alasan sebenarnya.
Fajri :“Saya juga penasaran apakah kaki Tante juga ditumbuhi bulu-bulu”.
Tante Susi :“Persis seperti yang kuduga Fajri,kau pasti berkata jujur dan apa adanya,”.
ku lihat tante Susi sedikit mendorong kursi rodanya,
Tante Susi “Agar kau tidak penasaran bagaimana kalau kuberi kesempatan memeriksanya sendiri?”.
Fajri :“Sebuah kehormatan besar untukku”.
aku sengaja sedikit bercanda untuk mencairkan pembicaraan yang kaku,
Tante Susi :“Kompensasinya apa?”.
Fajri :“Sebagai rasa hormat dan tanda terima kasih maka akan kuberikan sebuah ciuman”.
“Bagus,,,,aku suka.Bagian mana yang akan kau cium?”.
Fajri :“Bagaimana kalau betis yang indah itu!”.
Tante Susi :“Hanya sebuah ciuman?”.
Fajri :“Seribu kali pun aku bersedia”.
kulihat tante Susi tersenyum manis sambil menggigi bibir bawahnya,
Tante Susi :“Aku yang akan menentukan di bagian mana saja yang harus kau cium,bagaimana?”.
Fajri :“Deal,,,,,!”.
Tante Susi :“I like it!”.
tante Susi bangkit dari sofa dan melangkah ke mejanya lalu menarik kursinya hingga ke luar dari kolong mejanya yang besar,setelah menghempaskan pinggulnya di atas kursi kerjanya yang besar dan empuk itu dia pun tersenyum,matanya berbinar-binar menaburkan sejuta pesona birahi.Pesona yang membutuhkan sanjungan dan pujaan.
Tante Susi :“Periksalah,,,,!berlututlah di depanku!”.
aku hanya membisu terpana mendengar perintahnya.
Tante Susi :“Kau tidak ingin memeriksanya Fajri?”.
tante Susi bertanya lagi sambil sedikit merenggangkan kedua lututnya.Sejenak aku berusaha meredakan detak jantungku yang cepat dan kuat,aku belum pernah diperintah seperti itu apalagi diperintah untuk berlutut oleh seorang wanita.Bibir Tante Susi masih tetap tersenyum ketika ia lebih merenggangkan kedua lututnya.
Tante Susi :“Fajri,kau tahu warna apa yang tersembunyi di pangkal pahaku?”.
aku hanya menggelengkan kepalaku dengan lemah,seolah-olah ada kekuatan yang tiba-tiba merampas sendi-sendi di sekujur tubuhku dan tatapanku terpaku ke dalam keremangan di antara celah lutut Tante Susi yang meregang.Akhirnya aku bangkit menghampirinya dan berlutut di depannya dengan sebelah lututku menyentuh karpet. Wajahku menengadah melihat tante Susi masih tersenyum sambil telapak tangannya mengusap pipiku beberapa kali lalu berpindah ke rambutku dan sedikit menekan kepalaku agar menunduk ke arah kakinya.
Tante Susi :“Ingin tahu warnanya?Kalau mau kunci dulu pintu itu”.
dengan patuh aku melaksanakan perintahnya kemudian berlutut kembali di depannya.Tante Susi menopangkan kaki kanannya di atas kaki kirinya dengan gerakan melambat seperti bermalas-malasan dan pada saat itulah aku mendapat kesempatan memandang hingga ke pangkal pahanya dan kali ini tatapanku terbentur pada secarik kain tipis berwarna putih.Ternyata tante Susi memakai G-String,kataku dalam hati.Sebelum paha kanannya benar-benar tertopang di atas paha kirinya aku masih sempat melihat bulu-bulu ikal yang menyembul dari sisi-sisi celana dalam segitiga tipis yang hanya selebar kira-kira dua jari itu terlalu kecil untuk menyembunyikan semua bulu yang mengitari pangkal pahanya bahkan sempat kulirik bayangan lipatan bibir di balik segitiga tipis itu.
Tante Susi :“Suka?”.
Aku hanya mengangguk sambil mengangkat kaki kiri Tante Susi ke atas lututku dan kurasakan ujung hak sepatunya terasa agak menusuk.Kulepaskan klip tali sepatunya lalu aku menengadah sambil melepaskan sepatu itu. Tante Susi mengangguk tak ada komentar penolakan dan aku menunduk kembali mulai meraba pergelangan kakinya yang mulus tanpa cacat.Ternyata betisnya yang berwarna gading itu mulus tanpa bulu halus tapi di bagian atas lutut kulihat sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus yang agak kehitaman hingga sangat kontras dengan warna kulitnya.tanpa pikir lagi langsung ku mulai pendakianku menuju pangkal paha tante Susi,kucium lututnya menuju paha sambil kunaikan sedikit demi sedikit rok yang di pakainya hingga sampai ujung dan kulihat G-string putih melilit pangkal pahanya,
Fajri :“Indah sekali,”
Tante Susi :"Hari ini yang kamu lihat dari tubuhku adalah milikmu Fajri".
mendengar kata-kata tante Susi aku langsung melumat bibir vaginanya dari balik G-string putih yang tipis,tangan tante Susi menjambak rambutku merasakan lumatan birahi di pangkal pahannya,dengan jelas dapat kulihat bibir vaginanya dari G-string yang telah basah oleh liurku,bibir vagins yang indah dikelilingi rambut-rambut ikal yang menyelip di kiri dan kanan G-stringnya.Tante Susi menghempaskan kepalanya ke sandaran kursi dan nafasnya mulai memburu merasakan permainan bibirku.
Tante Susi :“Aku sudah tidak sabar lagi Fajri".
kulihat tangan Tante Susi bergerak melepaskan tali G-string yang terikat di kiri dan kanan pinggulnya sampai aku terpana dan terdiam menatap keindahan dua buah bibir berwarna merah yang basah mengkilap.Sepasang bibir yang di bagian atasnya dihiasi tonjolan daging pembungkus clit yang berwarna pink,
Tante Susi :“Jangan diam saja Fajri,cepat.....!”.
pahanya menjepit leherku sehingga aku tak dapat bergerak hingga bibirku terjepit dan tertekan di antara dubur dan bagian bawah vaginanya.Karena harus bernafas aku tak mempunyai pilihan kecuali menghirup udara dari celah bibir vaginanya,terasa sesak tetapi menyenangkan.tanpa ragu aku menghunjamkan hidungku lebih dalam lagi membuat tante Susi terpekik,pinggulnya diangkat dan digosok-gosokkannya dengan liar hingga hidungku basah berlumuran tetes-tetes birahi yang mulai mengalir dari lubang vaginanya,ku julurkan lidahku dan tante Susi menggelinjang kembali sambil mengangkat pinggulnya,
"ahh........terus.........ohh........"
"shhh........hisap.......Fajri.........."
"ohh.......memek........basah......"
"hmmm.........nikmat.......ahhh.......
desah liar atasanku,tidak lama tubuhnya mengejang dan bergetar hebat di atas kursi,matanya terpejam dan sesekali pinggulnya berputar mengejar lidahku yang bergerak liar di lubang vaginanya yang legit dan dia merintih nikmat setiap kali lidahku menjilat clitnya,nafasnya mengebu walau kadang-kadang ia memekik sambil menjambak rambutku,aku mulai merasakan kedutan-kedutan di bibir vaginanya, kedutan yang menghisap lidahku,aku menengadah untuk menatap matanya sambil melingkarkan kedua lenganku di pinggulnya, aku mulai menjilat dan menghisap kembali cairan lendir yang tersisa di lipatan-lipatan bibir vaginanya,tubuh tante Susi mengejang dan bergetar hebat di atas kursi kerjanya karena orgasme.
Aku bangun dan meminta tante Susi nungging menghadap meja,ku jauhkan kursi yang menghalangi dan ku keluarkan penisku yang telah tegang dari tadi menjadi besar dan panjang,tante Susi menuntun penisku masuk kelubang vaginanya hingga batang penisku habis di telan vaginanya yang terasa hangat dan basah,aku mulai menghujam vagina atasanku dari belakang membuat pantat bahenolnya bergoyang dan bibirnya mendesah,
"ahh..........hmmm........ohh........."
"shhh..........kuat.......Fajri........."
"ohh.........hujam......terus........"
"hmmm........nikmat.........ahhh........"
rancaunya,aku tidak peduli lagi apakah suara desahan liar tante Susi terdengar sampai luar dan di dengar karyawan lain,aku hanya peduli dengan jepitan hangat dan hisapan nikmat vaginanya yang menjepit penisku yang menghujam vaginanya,kumasukkan tanganku ke dalam blus dan BH yang di pakainya dan ku remas-remas susu besar atasanku yang sange dan sedang ku entot di kantor,tangan tante Susi meremas kertas di depanya menahan nikmat gesekan penisku di lubang vaginanya,
"ahh.........memek.......kamu........"
"shhh.........mantap.........tante......."
"ohh........aku........suka........."
"hmmm.........enak........ahhh......."
desahku sambil terus menghujam vaginanya,denyut vagina tante Susi kembali memijat penisku dengan kuat hingga aku tak sanggup lagi merasakan kenikmatan dan croot........crooott........crrooott......... spermaku tumpah menyemprot lubang rahim atasanku berkali-kali di iringi tubuhnya yang kembali mengejang hebat karena orgasme lagi bersamaku,aku rebah memeluk tante Susi dan sesekali kami saling melumat bibir menikmati sisa-sisa orgasme kami yang hebat.Setelah penisku lemas ku lepas dari vagina tante Susi,kulihat spermaku keluar bercampur cairan kenikmatannya dari lubang vagina tante Susi hingga jatuh ke lantai,kami bergegas membersihkan cairan kenikmatan kami dan merapikan pakaian,tante Susi membersihkan penisku dengan tisu dan beberapa kali melumat dan menghisap penisku,
Tante Susi :"Dasar kont*l nakal....!bikin aku puas lagi nanti ya..!".
setelah berbicara dengan penisku tante Susi pun melepasnya dan kumasukkan kedalam celana.Kami kembali membicarakan urusan kantor seolah-olah tidak yang terjadi di antara kami tadi.
Baca juga :Melayani kedua mertuaku yang binal
Sejak hari itu aku sering Ngentot dengan tante nakal atasanku di kantor tanpa di ketahui karyawan lain atau mereka tahu tapi diam saja,aku tidak tahu tapi yang jelas aku sangat senang bisa membuat atasanku puas dengan hasil kerjaku di kantor dan juga di dalam vaginanya.