Selingkuh dengan ibu mertua dan kakak iparku demi menyembunyikan aib istriku
loading...
Sudah sebulan ini aku bertunangan dengan Silvia setelah kami pacaran selama 6 bulan, sejak bertunangan aku di minta oleh kedua calon mertuaku untuk tinggal bersama mereka. Sebelumnya aku tinggal di kontrakan karena memang aku bukan asli orang Bandung. Aku berasal dari jawa timur dan bekerja di Bandung, di tempat kerja itulah aku bertemu dengan Silvia yang juga kerja di kantor yang sama denganku. Di rumah Silvia, kami tinggal bersama kedua orang tuanya dan juga kakaknya. Ayah Silvia bernama pak Rahmat dan usianya sudah kepala 5, sedangkan ibunya bernama bu Hesti dan usianya kepala 4, kalau kakaknya Silvia bernama mbak Resti dan usianya 28 tahun, sama seperti usiaku, sedang usia Silvia 24 tahun. Kedua orang tua Silvia sangat senang padaku hingga dia percaya padaku dan kelak bila aku dan Silvia telah menikah pak Rahmat akan menyerahkan perusahaannya padaku untuk ku kelola. Perusahaan pak Rahmat memiliki beberapa cabang di luar kota karena itulah pak Rahmat yang sekarang ku panggil "Ayah" jarang sekali pulang. Bu Hesti yang sekarang ku panggil "Ibu" adalah wanita rumahan yang hari-harinya hanya disibukkan dengan pekerjaan rumah dan ngegosip sama tetangga. Mbak Resti seorang karyawan biasa di perusahaan ayahnya, itu memang keinginan mbak Resti menjadi karyawan biasa karena dia ingin meniti karier dari bawah, selain itu mbak Resti juga belum menikah katanya sih dia masih belum ingin menikah dan ingin menata hidupnya dulu. Dari desas-desus tetangga katanya mbak Resti dulu adalah wanita nakal. Oh ya,,,,,,! Namaku Deni, aku berasal dari sebuah kota kecil di daerah jawa timur, aku tidak terlalu tampan dan juga tidak terlalu jelek, yah,,,,,!pas-pasan gitulah tampangku.
Awal aku bisa pacaran dengan istriku karena kami sering lembur bersama. Waktu itu aku dan Silvia di beri tugas untuk menyelesaikan laporan dan harus selesai hari itu juga karena besok paginya harus di berikan kepada manajer kami untuk keperluan Rapat perusahaan. Pukul sembilan malam kami berdua masih berada di kantor, karena lelah memandang komputer seharian, sejenak aku melihat Silvia yang juga sedang menatap komputer di depannya, ada perasaan aneh dalam celanaku melihat Silvia yang sebagian besar kancing bajunya terbuka, kulihat keringat mengalir dari leher Silvia menuju buah dadanya yang besar dan hampit keluar dari breast houldernya yang tidak muat menampung buah dadanya, keringat yang menetes membasahi breast houlder hingga basah membuat puting susunya terbentuk jelas di balik breast houlder Silvia, mungkin karena Silvia agak gemuk dan sedang tegang karena pekerjaannya yang belum selesai makanya banyak sekali keringat yang keluar. Malam itu hanya tinggal kami saja di ruangan itu, aku mulai mendekati Silvia berpura-pura bertanya mengenai laporan yang di buatnya,
Deni :"Sudah sampai mana Sil tugas kamu?".
Silvia :"Masih banyak mas Deni, mungkin jam 12 nanti baru kelar. Kalau punya mas Deni gimana?".
Deni :"Sebentar lagi selesai".
Silvia :"Mas Deni tolong temani aku ya sampai aku selesai, soalnya aku takut sendirian".
Deni :"Baiklah, tapi,,,,,!".
Silvia :"Tapi apa mas?".
Deni :"Tapi kamu harus belikan aku pizza gimana? Soalnya aku lapar dari tadi belum makan".
Silvia :"Baiklah, coba ku pesan dari tempat biasa aku pesan pizza, semoga mereka mau mengirimnya kemari".
Deni :"Oke kalau gitu!".
sambil bicara aku melirik buah dadanya yang besar itu, rasanya ingin kuremas dan kulumat saja. Aku pindah duduk di sebelah Silvia dan kami kembali mengerjakan tugas masing-masing sambil menunggu pizza datang.
Aku telah selesai mengerjakan tugasku dan pizza juga telah datang, aku duduk lebih dekat dengan Silvia yang masih bekerja, sambil makan pizza aku melihat Silvia yang sedang serius menatap komputer, sesekali aku menyuapi Silvia agar ikut makan pizza, entah kenapa fikiranku mulai ngeres saat melihat paha mulus Silvia yang memakai rok mini dan buah dadanya yang bergoyang indah saat tubuhnya bergerak. Kusuapi Silvia tapi pas di gigit aku pura-pura pizzanya terlepas dari tanganku dan benar saja ternyata pizza itu mendarat di buah dadanya yang besar lalu jatuh ke pahanya, aku segera mengambil tissue dan membersihkan dada Silvia, terasa kenyal sekali buah dada Silvia sampai aku tidak tahan lagi dan kuremas-remas dua bukitnya yang kenyal. Silvia mencoba menepisnya tapi apadaya aku lebih kuat darinya, aku yang sudah di penuhi hasrat birahi mulai bertindak, dengan paksa ku lepas kemeja dan breast houldernya, kini susu besarnya telah bebas dan siap menerima seranganku, langsung saja kulumat pentil coklat yang menggodaku sejak tadi dan kuremas-remas susu besarnya dengan gemas, Silvia yang mencoba berontak pun akhirnya pasrah saat aku mengancamnya,
Deni :"Jika kamu tidak mau ngentot denganku, maka aku akan tinggal pulang!".
mendengar ucapanku membuat Silvia mulai merelakanku menikmati tubuhnya, karena dia takut di kantor sendirian. Aku kembali melumat dan menghisap pentil coklatnya yang mengeras dan sesekali ku gigit dan kutarik membuat birahi Silvia bangkit, dia mulai mendesah merasakan permainanku. Tanganku turun ke pahanya lalu masuk dan meraba pangkal pahanya yang terasa menyembul, ku usap-usap bibir vagina Silvia dan kurasaka CD-nya mulai basah, Silvia sudah terbuai birahi dan langsung saja kunaikkan rok mininya sampai perut lalu ku tarik CD-nya sampai lepas,ku buka paha Silvia dan kulihat tembemnya vagina Silvia dan tak ada satupun bulu yang tumbuh, bibir vaginanya yang merah mulai terbuka dan ku saksikan lubang kenikmatan Silvia yang indah, aku tidak tahan lagi untuk segera menghujam vaginanya, kuminta Silvia bangun dan membungkuk di atas meja, ku keluarkan penisku yang tegang dan langsung kuarahkan kelubang vaginanya hingga masuk lalu pantatku mulsi bergerak maju mundur membuat penisku keluar masuk di lubang vagina Silvia,
"ahh.........mas.......ohh........"
"shhh........pelan.......mas Deni........"
"ohh........kont*lmu........besar........."
"hmmm.........panjang.......ahhh........."
rancaunya. Aku terus menghujam vagina Silvia tanpa ampun sambil kuremas-remas pantat bahenolnya dan sesekali kutampar membuat Silvia liar menggoyangkan pantatnya, tangannya memegang bibir meja dengan erat merasakan hujaman penisku bertubi-tubi di vagina tembemnya, kulepas baju Silvia dan juga BH-nya lalu kuremas-remas dari belakang. Aku menghentikan permainanku dan mencabut penisku dari vagina tembemnya lalu ku arahkan ke dubur Silvia, dia menahanku dan sepertinya tidak mau duburnya ku hujam,
Silvia :"Jangan mas Deni,,,,!".
Deni :"Sebentar saja sayang".
Silvia :"Mas Deni boleh menganalku tapi Mas Deni harus berjanji untuk menikahiku".
Deni :"Iya Sil, aku berjanji akan menikahimu".
akhirnya Silvia pun merelakan duburnya kuhujam dan malam itu kami mencapai puncak kenikmatan bersama.
Seperti janji yang ku ucapkan aku pun melamar Silvia setelah kami menjalani hubungan asmara selama tiga bulan, keluarga Silvia begitu bahagia menerimaku menjadi bagian dari keluarga mereka. Pak Rahmat dan bu Hesti mengetahui kalau ada tinggal di kontrakan, mereka pun memintaku pindah bersama mereka,
Pak Rahmat :"Nak,,,! Sebaiknya kamu pindah saja sekalian di rumah ini, biar makin ramai. Benarkan bu?".
Bu Hesti :"Iya nak Deni, lagian nak Deni kan sudah bagian dari keluarga ini!".
Deni :"Sebenarnya sih inginnya begitu pak, bu! Tapi kan belum sah menjadi suami Silvia, karena kami masih tunangan saja".
Pak Rahmat :"Nggak apa-apa nak, yang penting kamu benar-benar serius dengan anakku?".
Deni :"Saya serius pak, kalau nggak serius mana mungkin saya melamar anak bapak dan ibu".
Pak Rahmat :"Panggil saja kami seperti Silvia memanggil kami".
Deni :"Baik pak! Eh,,,maaf,,! Ayah!".
kami pun tertawa mendengarku yang bingung memanggil pak Rahmat. Lima hari setelah itu aku pun pindah kerumah calon mertuaku, itu pun aku sudah mengulur-ulur waktu agar tidak pindah karena aku masih sungkan dengan orang tua Silvia dan juga karena aku tahu ada yang mengganjal di fikiranku tentang Silvia dan sedang menyelidikinya.
Suatu hari Silvia mengambil cuti satu hari sedangkan aku tidak bisa cuti karena tugasku masih menumpuk. Aku bekerja tanpa ada Silvia di dekatku, saat Silvia cuti, aku merasa di perhatikan oleh teman dekat Silvia di kantor yang bernama Rindi dari kejauhan. Sore hari saat pulang aku di jemput Silvia dan juga kedua calon mertuaku, mereka mengajakku kerumahnya dan setelah sampai di rumah kedua calon mertuaku, aku kaget dan bingung karena barang-barangku sudah ada di rumah mereka, pakaianku sudah tersusun rapi di dalam lemari di kamar Silvia. Ternyata Silvia cuti untuk memindah kan barang-barangku kerumahnya. Aku memang memberikan kunci serep kontrakanku pada Silvia agar saat dia datang dan aku tidak di rumah,dia bisa menggunakan kunci itu untuk masuk. Ternyata tadi pagi kedua calon mertuaku dan calon istriku datang ke kontrakanku untuk memindahkan barang-barangku. Akhirnya aku pun tinggal bersama mereka walau statusku masih sebagai calon suami dan calon menantu.
Selingkuh dengan ibu mertua dan kakak iparku demi menyembunyikan aib istriku
Selama tinggal di rumah calon mertuaku, kuperhatikan Resti dan ibunya sering melihat calanaku, sepertinya mereka mendengar desahan Silvia yang keras dan liar membuat mereka penasaran dengan penisku yang sering membuat Silvia mendesah sekeras itu di malam hari.
Pagi itu aku tidak masuk kerja karena menghabiskan sisa cutiku yang masih 5 hari, aku bangun agak siang dan seperti waktu di kontrakan aku keluar kamar hanya memakai sarung saja menuju dapur mencari air minum, aku bangun karena aku haus sekali setelah semalam bertempur dengan Silvia hingga tiga kali. Aku duduk dan menuangkan minuman ke gelas, kulihat ibu datang menghampiriku tapi matanya tertuju pada sarungku,
Deni :"Pagi bu,,,!".
Bu Hesti :"Pagi juga,,,! Tunggu senentar ya, biar ku buatkan kopi dulu?".
Deni :"makasih bu".
sambil merebus air mata bu Hesti tak henti-henti melirik sarungku. Entah apa yang ada di dalam fikiranku hingga aku memiliki niat untuk mencoba mengerjai calon mertuaku. Setelah selesai membuatkan kopi untukku calon mertuaku pergi ke kamar mandi, aku yang sedang tidak pakai celana dalam mulai mengocok penisku hingga tegang dan ku biarkan menjulang di dalam sarungku dan menunggu calon mertuaku keluar dari kamar mandi. Sekitar 10 menit aku menunggu akhirnya ku dengar pintu kamar mandi terbuka, aku pura-pura membaca koran sambil minum kopi,
Bu Hesti :"Sudah sarapan Den?".
Deni :"Belum bu, bentar lagi".
aku melihat calon mertuaku berjalan di sebelah meja makan di depanku, kulihat dia memakai handuk kimono dengan bagian dadanya terbuka melebar, mungkin karena buah dadanya yang besar. Kulihat dadanya yang diapit gunung besar dan terlihat tertutupi separuh saja membuat penisku bertahan, bagian bawah handuk kimknonya hanya sebatas pangkal pahanya saja, terlihat paha calon mertuaku masih terlihat mulus dan kencang. Calon mertuaku memang rajin berolah raga dan merawat tubuhnya, makanya walau usianya sudah kepala 4 tapi masih muda, wajah calon mertuaku terlihat sange saat melihat bagian atas sarungku menjulang tinggi,
Bu Hesti :"Biar kusiapkan sarapanmu ya nak?".
Deni :"makasih bu".
suara ibu terdengar berbeda dari biasanya. Saat meletakkan sarapan di depanku kulihat puting susunya yang berwarna hitam kecoklatan keluar dari handuk kimono yang di pakainya, terlihat mengacung dan keras, aku memindahkan tanganku sambil menaik ikatan handuk calon mertuaku dan kulihatvagina bu Hesti yang tak berbulu saat handuknya terbuka,
Deni :"maaf bu,,,! Aku tidak sengaja".
Bu Hesti :"Nakal kamu nak!".
namun calon mertuaku tidak langsung menutupi tubuhnya lagi karena sedang memegang sayur dan lauk di tangannya,
Deni :"tubuh ibu indah sekali walau sudah punya anak dua".
Bu Hesti :"kamu ini ngeledek ibu yang gendut ini ya?".
Deni :"Benaran bu".
tanganku meraba pangkal pahanya membuat ibu mendesah lirih,
Bu Hesti :"Jangan nakal kamu, cepat makan sarapanmu".
Deni :"Iya bu".
setelah menjawab aku melumat jariku yang meraba bibir vsgina calon mertuaku, hal yang tak kuduga terjadi, calon mertuaku masuk kebawah meja dan melepas lilitan sarungku lalu memegang penisku yang tegang,
Bu Hesti :"Pantas saja putriku mendesah ke enakkan tiap malam, ternyata besar dan panjang".
Deni :"Jangan bu, nanti ada yang lihat".
Bu Hesti :"semua sudah berangkat kerja sejak tadi dan hanya tinggal kamu dan ibu".
belum sempat aku menjawab dia sudah melumat kepala penisku dan tangan kanannya mengocok batang penisku. "Sluurpp.......Sluurrrppp......" suara lumatan bibir manis calon mertuaku, tangan kirinya melepas handuk kimono yang di pakainya lalu meremas-remas lembut buah zakarku membuatku merem-melek di buatnya,
"ahh.........hmmm.......ohh........"
"shhh.........hentikan.......bu........."
"ohh.........aku...mau.......makan......."
"hmmm.........geli......ahhh........"
desahku. Bu Hesti tak mempedulikanku dan terus mengoral penisku, hisapan-hisapan lembut terasa nikmat saat cslon mertuaku melumat kepala penisku, jilatan lidahnya membuat penisku basah. Aku tidak tahan lagi, ku tarik bu Hesti dari bawah meja dan ku baringkan di atas meja makan yang kosong(meja makannya memang panjang jadi tidak semua ada isinya karena hanya aku saja yang makan). Aku membungkuk dan kulumat bibir vagina yang ternyata telah basah, lidahku menjilati itilnya lalu nenyusuri lubang kenikmatan calon mertuaku, tubuhnya menggelinjang di atas meja makan, kuraih susu besar di dadanya dan kuremas-remas dengan gemas. Setelah kurasa cukup aku kembali bangun dan ku angkat kakinya ke pundakku, kuarahkan penisku yang besar dan panjang kelubang vaginanya hingga masuk lalu mulai ku hujam vagina calon mertuaku, tubuhnya kembali menggelinjang dan bibirnya mendesah liar,
"ahh........nak.........ohh........."
"shhh........terus.........anakku........"
"ohh........entot........ibu........"
"hmmm........nikmat.......ahhh........."
ravmcau calon mertuaku. "Plakkk.....plakkk.......pllaakkk...." terdengar suara dua tubuh yang menyatu dengan kuat berkali-kali. Ku pegang kedua tangannya seperti sedang menarik dan terus kuhujam vaginanya lebih cepat, belum sampai 5 menit tubuh bu Hesti mengejang hebat dan kurasakan cairan hangat membasahi penisku, dia telah orgasme. Aku diam sejenak agar calon mertuaku bisa menikmati orgasmenya, setelah itu aku pun bertanya,
Deni :"Bu,,,! Bolehkan ku masukkan ke anus ibu?".
Bu Hesti :"Nakal kamu ya,,,!".
dia menjawab sambil tersenyum dan mengangguk. Ku tarik penisku dari vagina calon mertuaku dan kuarahkan ke lubang anusnya dan ku tekan hingga masuk membuat bu Hesti menjerit tertahan merasakan penisku yang besar dan panjang di dalam duburnya. Aku mulai menggoyang pantatku maju mundur perlahan karena duburnya terasa seret, setelah agak lama aku mulai mempercepat hujaman penisku di duburnya sambil ku mainkan vaginanya dengan jariku membuatnya menggelinjang dan mendesah makin liar,
"ahh........hmmm......ohh........."
"shhh.......kont*l.........bangs*t........."
"ohh........terus.........nak........."
"hmmm..........nikmat.........ahh........."
racau bu Hesti. Aku berhenti menghujan namun penisku masih berada di dubur calon mertuaku, ku angkat bu Hesti agar bangun lalu ku peluk dan ku entot sambil berdiri, bergantia ku hujam vagina dan dubur calon mertuaku, tangannya memelukku, kami saling melumat bibir dan beradu lidah penuh birahi, pantat bahenol calon mertuaku bergoyang menikmati penisku yang besar dan panjang menghujam vagina dan duburnya bergantian. Satu jam lebih aku menghujam vagina dan dubur calon mertuaku, kami sudah melakukan berbagai gaya yang kami inginkan dan juga calon mertuaku sudah orgasme berkali-kali. Tanpa terasa kami sudah berada di ruang keluarga, aku sedang menindih tubuh bugil calon mertuaku di di sofa sambil terus menghujam vagina yang menjadi tempat istriku lahir. Aku sudah hampir mencapai orgasmeku, kutekan kuat penisku di dalam vagina calon mertuaku dan Croott......Crooott......Crrooott........... spermaku tumpah menyemprot lubang rahim calon mertuaku yang dulu menjadi tempat tinggal istriku selama 9 bulan 10 hari. Kurasakan bu Hesti juga orgasme lagi entah yang keberapa kali,aku memeluk tubuh bugil calon mertuaku yang baru saja ngentot denganku, kami saling melumat bibir menikmati sisa-sisa orgasme kami yang hebat hingga kami terkulai lemas tak berdaya. Setelah tenaga kami kembali aku bangun dan mecabut penisku dari vagina calon mertuaku dan mengajaknya mandi bersama, di kamar mandi aku kembali menghujam vagina dan duburnya sebelum kami selesai mandi.
Setelah mandi aku kembali ke meja makan mengambil sarung dan juga melanjutkan sarapanku, bu Hesti duduk di sampingku menemaniku sarapan sambil memegangi dan memainkan penisku,
Bu Hesti :"Anakku memang pandai memilih calon suami, punya penis besar dan panjang serta punya tenaga kuda".
Deni :"Ibu bisa saja,,,,".
Bu Hesti :"Terima kasih ya nak,,,! Sudah membuatku puas".
Deni :"Sama-sama bu, tapi kurasa ayah lebih perkasa dariku!".
Bu Hesti :"Ayahnya Silvia tidak sehebat kamu nak, dan kont*lnya juga lebih kecil dari punya kamu".
aku hanya tersenyum mendengar ucapan calon mertuaku. Setelah sarapan kami pergi ke kamar untuk ngentot lagi dan hari itu kehabiskan waktuku untuk menyetubuhi calon mertuaku. Selama cuti aku dengan bebas ngentot dengan bu Hesti calon mertuaku tiap hari dan dia dengan senang hati melayaniku yang sebentar lagi akan menjadi menantunya.
Saat kami sekeluarga berkumpul aku dan bu Hesti terlihat biasa saja seolah-olah tidak ada sesuatu yang terjadi pada kami, Ayah Silvia dan Resti tidak curiga sedikit pun pada kami kalau selama aku cuti, hari-hari ku habiskan dengan menyetubuhi calon mertuaku. Semua terlihat antusias dan bahagia dengan kehadiranku di keluarga mereka.
Selingkuh dengan ibu mertua dan kakak iparku demi menyembunyikan aib istriku
Baca juga :Ngentot sales montok yang datang kerumahku
Hari pernikahanku dan Silvia pun akhirnya tiba,keluargaku dan keluarga Silvia serta teman-teman kami berkumpul menyaksikan kami duduk di singgasana pelaminan, mengucap janji sehidup semati. Setelah acara penikahanku dan Silvia yang di gelar selama 3 hari 3 malam menyisakan rasa capek dalam tubuhku. Sekarang aku telah resmi menjandi suami Silvia dan bu Hesti telah menjadi ibu mertuaku, walau begitu bu Hesti masih sering mengajakku ngentot secara diam-diam, bila rumah sepi atau saat mengantar ibu mertuaku keluar pasti aku akan menghujam vagina dan duburnya. Sekarang aku tidak lagi bekerja jadi karyawan tapi seperti janji ayah mertua aku di beri tugas untuk mengelola salah satu perusahaannya bersama mbak Resti yang tidak lain adalah kakak iparku sedang istriku di angkat menjadi manajer di tempat kerja kami dulu yang juga perusahaan milik ayahnya. Setiap hari saat di kantor aku selalu bersama mbak Resti karena saat itu aku menjadi sekertaris mbak Resti. Aku memang menginginkan jabatan itu dengan alasan ingin belajar dulu dan belum siap menjadi seorang manajer. Seperti biasa dia masih saja selalu melirik celanaku bila ada kesempatan apalagi bila malam habis mendengar istriku mendesah di atas ranjang. Aku yang ruangannya di jadikan satu dengan mbak Resti sering tegang penisku saat melihat tingkahnya yang lagi capek dan pusing mikirin kerjaan, dia sering menaikkan dua kakinya ke meja dan bersandar di kursi sambil menggeliat menarik tubuhnya sendiri. Bila sudah seperti itu aku pasti melihat buah dadanya yang besar mendorong baju ketatnya dan serasa ingin keluar, pernah sekali saja kancing bajunya terlepas dan pengait BH yang ada di depan juga terlepas sampai buah dadanya yang besar keluar dan dari situ aku tahu puting susu mbak Resti berwarna coklat kemerahan, bila sedang mengagkat atau menurunkan kakinya aku pasti melihat celana dalamnya, mungkin karena lagi strees dengan kerjaan yang menumpuk membuat mbak Resti lupa ada aku di dekatnya.
Hari itu aku berangkat bersama mbak Resti ke Surabaya untuk keperluan perusahaan dan rencananya kami akan berada di sana selama 3 hari baru kembali ke Bandung. Kami berangkat naik pesawat pukul 4 Sore dan turun di Surabaya pukul 4 lebih seperempat. Karena hari masih terang aku mengantar mbak Resti yang ingin jalan-jalan dulu. Pukul 7 malam kami hendak pergi ke hotel tapi sayang jalanan macet dan juga hujan,
Deni :"Waduh gimana nih mbak, udah macet, hujan lagi,,,!?".
Mbak Resti :"nggak tahu nih Den, kita cari hotel yang dekat ajalah yang penting bisa istirahat".
saat itu aku melihat sebuah plang hotel dan kutunjukkan pada mbak Resti,
Deni :"kayaknya itu hotel mbak!".
Mbak Resti :"oh,,,, iya! Ayo kita disana saja".
dengan pelan aku menyetir mobil menuju hotel itu karena hujan yang cukup deras. Sampai di sana kami langsung chekin kamar dan entah sial atau beruntung di hotel itu hanya tersisa satu kamar dengan ranjang besar. Setelah berfikir agak lama akhirnya mbak Resti setuju mengambil kamar itu, setelah masuk kamar aku yang duluan mandi karena saat itu aku juga sedang ingin BAB. Selesai mandi aku duduk di ranjang dan menyalakan TV sedang mbak Resti berangkat mandi. Entah di sengaja atau tidak tapi saat keluar dari kamar tubuhnya hanya terlilit handuk dan langsung rebah di ranjang, sepertinya di capek sekali karena belum sampai 5 menit sudah terdengar suara dengkuran mbak Resti. Penisku mulai tegang melihat mbak Resti tertidur pulas dengan hanya memakai handuk saja dan mulai makin keras saat mbak Resti berpindah posisi membuat handuknya terlepas dan kini dia telah bugil dan tidur terlelap. Penisku benar-benar di buat tegang sempurna oleh kakak iparku. Gimana tidak, dia tidur terlentang dengan satu kakinya terlipat di atas guling dan tak ada satu benang pun menutupi tubuhnya, kulihat dua gunung besar kakak iparku menjulang tinggi menantang untuk di jelajahi, vaginnya sangat berbeda dengan vagina Silvia dan mertuaku, vagina kakak iparku di tumbuhi bulu yang hitam dan lebat di sekitar bibir vagina hingga lubang anusnya. Kudekatkan wajahku mencium aroma vagina kakak iparku, birahi tak bisa ku bendung lagi dan akhirnya kulumat juga bibir vagina kakak iparku setelah ku bukan hutan rimbun yang habis terbakar itu, dengan buas aku melumat dan menjilatinya, kakak iparku tidak protes sedikit pun walau aku tahu dia telah sadar dari tidurnya, ku dengar desahan lirih dari bibir kakak iparku dan tubuhnya menggeliat merasakan permainan bibir dan lidahku, puas menikmati vagina kakak iparku dengan bibirku, aku berbaring di sebelahnya dan melihat wajah mbak Resti yang telah sange namun masih pura-pura tidut, ku pindahkan guling yang menjadi sandaran kakinya dan kupindahkan ke pinggulku, ku arahkan kepala penisku ke lubang vagina kakak iparku hingga masuk lalu ku pegang susu besarnya,
Deni :"Aku tahu mbak Resti sudah bangun".
sepertinya mbak Resti malu dan posisinya pindah membelakangiku hingga rambutnya menutupi wajah cantiknya. Aku kembali memasukkan penisku yang terlepas dari vagina kakak iparku dan aku mulai memompanya perlahan dengan sebagian penisku saja. Tidak lama mbak Resti kembali keposisi semula dan langsung saja kulumat bibirnya sambil terus ku pompa vaginanya yang basah dan nikmat, dia membalas lumatan bibirku hingga kami saling beradu bibir dan lidah penuh birahi, lumatan bibir kami terlepas saat aku mulai menghujam vaginanya lebih cepat dan lebih dalam lagi,
"ahh........hmmm.......ohh........"
"shhh.........terus.........adikku........."
"ohh........puaskan.......aku........"
"hmmm........nikmat........ahhh........"
rancau kakak iparku saat seluruh batang penisku menghujam vaginanya, kuremas-remas susu besarnya dengan gemas lalu kulumat dan kuhisap pentilnya yang mengeras, sekali kujilati, kugigit dan kutarik pentil kakak iparku membuat mbak Resti menggelinjang tak karuan. Sekitar 5 menit lebih mbak Resti telah orgasme untuk pertama kalinya. Puas ngentot kakak iparku dari samping, aku pindah posisi dengan duduk di antara dua pahanya menghujam vagina kakak iparku, tanganku tak henti-hentinya meremas susunya yang besar. Mbak Resti memang memiliki buah dada yang sangat besar, bahkan lebih besar dari buah dada istri dan ibu mertuaku. Sepertinya kakak iparku sangat menikmati hujaman penisku yang besar dan panjang hingga membuatnya orgasme lagi, ku hentikan goyanganku lalu melumat bibir manis kakak iparku,
Deni :"Mbak pasti penasaran kenapa istriku mendesahnya keras dan liar kan?".
Mbak Resti :"Iya Den,,,,! Aku juga mau dibuat kayak gitu".
setelah mendengar jawaban kakak ipar, aku mencabut penisku dari vaginanya dan ku arahkan ke lubang anusnya sambil ku tekan hingga kepala penisku masuk, tanpa menunggu aba-aba dari kakak ipar aku mulai menghujam duburnya, mbak Resti menggelinjang merasakan penisku sedang memompa duburnya, tangannya kuat mencengkram bantal, desahannya makin keras dan liar saat vaginanya ku masuki dua jariku,
"ahh.........sakit........Deni........."
"shhh........bangs*t........kamu........"
"ohh.......terus.........sayang........."
"hmmm.......nikmat........ahhh........"
rancanya. Aku mendekap mulut mbak Resti karena takut desahan liarnya terdengar sampai luar. Berkali-kali kuhujam vagina dan dubur kakak iparku dengan berbagai gaya, sudah tidak terhitung lagi berapa kali kakak iparku orgasme, satu jam lebih aku membolak-balikan tubuh bugil kakak iparku di atas ranjang hingga aku tidak tahan lagi merasakan jepitan dan hisapan dari vagina dan dubur kakak iparku, akhirnya dalam posisi nungging ku tekan kuat-kuat penisku kedalam dubur mbak Resti dan Croot.........Croott..........Crrooott......... spermaku tumpah berkali-kali di dalam dubur kakak iparku. Tubuhku lemas dan rebah bersama mbak Resti di ranjang setelah kami orgasme, ku peluk tubuh bugil kakak iparku dengan posisi penisku masih di dalam duburnya,
Deni :"Mbak Resti puas?".
Mbak Resti :"Kamu liar dan kuat sekali Den,,,! Aku sampai lemas kayak gini".
Deni :"Aku senang mbak Resti menyukainya".
Mbak Resti :"Kenapa kamu mau menyetubuhiku dan ibu, Deni?".
Deni:"Aku melakukan ini sebenarnya karena marah pada Silvia mbak".
Mbak Resti :"Marah kenapa Den?".
Mbak Resti berbalik menghadap ku dengan sedikit mendesah saat penisku lepas dari duburnya,
Deni :"Aku marah setelah tahu kalau istriku ternyata seorang lesbian mbak".
kulihat mbak Resti tidak terlalu terkejut dengan pengakuanku,
Mbak Resti :"Bagaiman kamu tahu?".
Deni :"Saat itu aku sedang menjemputnya di depan gerbang, aku tidak tahu bagaimana Silvia tidak melihatku, dia hanya bercanda dan bergandengan tangan dengan Rindi teman satu kantornya, mereka berdua masuk kedalam mobil Rindi dan pergi ke rumah Rindi. Karena merasa heran aku pun mengikutinya sampai rumah Rindi, kulihat mereka masuk rumah dan menutup pintu, karena curiga aku pun mendatangi rumah Rindi dan saat di depan pintu aku mendengar desahan wanita, kecurigaanku semakin kuat kalau Silvia selingku dengan salah satu teman atau keluarga Rindi, aku mencoba mencari celah untuk mengintip dan aku kaget tak berdaya setelah bisa melihat yang terjadi di dalam rumah Rindi".
Mbak Hesti :"Apa yang kamu lihat Den?".
Deni :"Aku melihat istriku sedang di telanjangi Rindi dan mereka bercinta di depan mataku".
Mbak Resti :"Maafkan kami ya Den kalau kami menutupinya selama ini".
Deni :"Jadi mbak Resti tahu kalau Silvia adalah Lesbian?".
Mbak Resti :"Aku, ayah dan ibu tahu kalau adikku seorang Lesbian, makanya kami sangat bahagia saat kamu menikahinya, dengan harapan dia akan menjadi wanita normal lagi setelah menikah".
Deni :"Jadi karena itu kenapa saat aku baru melamar Silvia, kalian ingin aku langsung di minta tinggal di rumah kalian?".
Mbak Resti :"Sekali lagi maaf ya Den".
aku hanya terdiam sambil menatap mbak Resti dan dia juga menatapku,
Mbak Resti :"Kamu nggak perlu khawatir Den, selama kamu menjadi suami adikku, aku dan ibu akan selalu siap melayanimu".
Deni :"Kenapa mbak?".
Mbak Resti :"Kami hanya ingin aib Silvia tidak tercium orang lain dan keluarga kami. Aku, ayah dan ibu sudah mencoba menyadarkan Silvia tapi dia tetap saja tidak mau berubah".
aku kembali tak mengeluarkan suara dan hanya tanganku yang bergeral menyusuri tubuh bugil yang indah kakak iparku, malam itu kami bersetubuh tanpa henti hingga pagi hari. Selama 3 hari di Surabaya mbak Resti kakak iparku menjadi istriku saat saat kami hanya berdua menikmati indahnya kota Surabaya seolah-olah kami sedang berbulan madu.Waktu terus berlalu dan kami pun kembali ke Bandung.
Baca juga :Godaan genit dari bu lurah yang sange
Sesampainya di Bandung aku dan mbak Resti pergi sebentar ke kantor lalu pulang, sekitar pukul 9 pagi kami sudah di rumah dan seperti biasa hanya ibu mertua saja yang masih tersisa karena Silvia dan ayah mertuaku sedang pergi kerrja. Setelah kami istirahat sebentar akhirnya mbak Resti memberitahu ibu kalau aku sudah mengetahui kalau Silvia seorang Lesbian,
Bu Hesti :"Nak,,,! Jangan ceraikan anakku ya agar keluarga kami tidak malu".
Mbak Resti :"Iya Den,,! Kami mohon padamu".
Deni :"Aku tidak tahu bu, mbak!".
Bu Hesti yang duduk di sebelahku merapatkan tubuhnya dan meraba-raba penisku,
Bu Hesti :"Berjanjilah nak untuk tidak menceraikan Silvia dan aku serta Resti juga akan berjanji untuk melayanimu selama ayah mertuamu tidak tahu".
Mak Resti ikut merapat pada tubuhku dan ikut meraba penisku yang telah di keluarkan dari celanaku oleh ibunya,
Mbak Resti :"Benar Den,,,!".
aku meraba paha ibu mertua dan kakak iparku, sambil tangan ibu mertua dan kakak iparku mengocok penisku, kami saling melumat bibir dan beradu lidah bergantian, kadang aku dengan ibu mertua, kadang dengan kakak iparku dan kadang ku biarkan ibu dan anak itu saling melumat bibir, setelah penisku mulai menegang, ibu mertua dan kakak iparku berlutut di sebelah kakiku lalu dengan buas mereka bergantian mengoral penisku hingga tegang sempurna dan basah. Setelah itu mereka menelanjangiku dan juga diri mereka sendiri, ibu mertuaku duduk di pangkuanku dan setelah penisku di arahkan putrinya masuk lubang vagina ibunya, ibu mertuaku mulai bergoyang naik turun membuat penisku keluar masuk di lubang vagina ibu mertua, sementara Resti melumat bibirku dengan buas lalu menuntunku untuk menikmati buah dadanya. Setelah ibu mertua orgasme aku meminta ibu mertua rebah di sofa dan kakak iparku menindihnya, kulihat ibu mertua dan kakak ipar saling melumat bibir dan beradu lidah penuh birahi, aku duduk di antara paha merekan dan mulai menghujam vagina dan dubur mereka bergantian,
"ahh........terus........sayang.........."
"shhh..........kont*lmu.........enak........."
"ohh........nikmat.......bangs*t........."
"hmmm.........kuat........ahhh.........."
rancau ibu mertua dan kakak iparku bersahut-sahutan. Dengan liar aku menghujam dua vagina dan dua dubur ibu dan anak itu sambil sesekali ku remas dan ku tampar panta bahenol mereka, aku juga bergantian meremas buah dada mereka dengan gemas sampai akhirnya aku hampir orgasme. Saat akan orgasme mereka bangun dan melumat penisku hingga saat orgasme spermaku di jadikan rebutan sama ibu mertua dan kakak iparku. Hari itu aku berkali-kali menghujam vagina dan dubur mereka sebelum ayah mertua dan istriku pulang.
Sejak aku dan mbak Resti pulang dari Surabaya, aku kini bebas ngentot dengannya saat ibu mertua di dekat kami ataupun ngentot dengan ibu mertua saat kakak iparku juga di dekat kami, namun semua itu kami lakukan tanpa di ketahui ayah mertua dan istriku. Saat di kantor aku sering ngentot dengan mbak Resti di kamar sederhana yang ada di belakang ruangan kerjanya. Mbak Resti juga tahu setiap hari bila aku malas ke kantor, mbak Resti tau apa yang ku inginkan, dia akan berangkat sendiri ke kantor dan membiarkanku menghujam vagina dan dubur ibunya. Aku tidak tahu apakah ini sebuah keberuntungan atau tidak tapi sampai sekarang ayah mertua tidak tahu perbuatanku karena kami menyimpannya dan selalu berhati-hati saat melakukannya agar tidak di ketahui siapa pun. Bila malam aku di layani Silvia istriku, dan jika siang hari aku akan dilayani ibu mertua dan kakak iparku sedangkan aku tidak peduli lagi bila Silvia di telanjangi Rindi atau pun pacar lesbinya karena aku bisa menelanjangi ibu dan kakaknya serta menghujam dua lubang di selangkangan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar